Terkadang
kita berpikir bahwa, apa yang kita lihat dan rasakan itu benar, tetapi berbeda
ketika orang lain yang merasakan dan melihatnya. Suatu contoh pada sebuah
pertandingan sepak bola, ketika terjadi kemelut di depan gawang seakan-akan
orang yang menonton atau melihat, merasakan apa yang di rasakan salah satu
pemain yang berada di lapangan tersebut. Bila pemain gagal menciptakan gol
karena situasi yang sulit, seorang penonton malah menghakimi dan spontan kesal,
serta berkomentar yang menyalahkan itu pemain. Padahal apa yang di lihat
penonton tersebut berbeda terbalik dengan yang berada di lapangan, karena
keadaan dan situasi yang terlihat di lapangan dan bangku penonton itu berbeda.
Contoh
lain, suatu waktu di suatu tempat. Di masukkan beberapa orang ke dalam ruangan
gelap gulita dan di taruh seekor Semut, tetapi tidak jadi karena kekecilan,
maka di masukkanlah sebuah Kerbau. orang ini sepanjang usianya belum pernah melihat Kerbau. Saat
itu untuk pertama kalinya mereka akan diuji untuk mengenali seekor Kerbau
dengan merabahnya.
Setelah beberapa waktu mereka merabah Kerbau tersebut,
maka mereka pun dikumpulkan untuk menceritakan bagaimana wujud seekor
Kerbau. Seorang yang hanya menyentuh tanduknya menjelaskan kalau wujud seekor
Kerbau mirip dengan batu yang runcing. Seorang lagi yang hanya menyentuh Kerbau
bagian perutnya menjelaskan kalau Kerbau mirip dengan bola besar, seseorang yang
menyentuh kaki Kerbau menjelaskan bahwa wujud Kerbau mirip dengan balok kayu yang
besar.
Demikian lah setiap orang yang menyentuh
salah satu bagian dari Kerbau menjelaskan wujud seekor Kerbau sesuai dengan apa
yang disentuhnya, karena sudut pandang mereka berbeda-beda maka terjadilah
perselisihan.
Jika saja mereka menyalakan lampu, niscaya dengan mudah mereka akan
dapat melihat seekor Kerbau yang sebenarnya, sehingga perselisihan atau
perbedaan pendapat dapat dihindari. Dari sepenggal cerita diatas, jika kita
ibaratkan sentuhan sebagai sudut pandang dan lampu sebagai bermacam sudut
pandang lainnya, maka makna yang akan mereka simpulkan juga mungkin berbeda
dengan apa yang akan saya simpulkan, oleh karena itu marilah kita sama-sama
membahasnya.
Dari kedua contoh tersebut bisa di
simpulkan, bahwa kita seringkali mengira kalau apa yang kita rasakan dan lihat
itu benar sedangkan orang lain itu hanya melihat nya dari ujung atau pun dari
kabar. Sehingga munculah sebuah asumsi atau menarik kesimpulan yang ada tanpa
mencari tahu kebenarannya. Bila semua itu di biarkan maka akan menimbulkan
forum atau hubungan menjadi tidak baik.
Maka
dari itu kita harus dapat lebih bijaksana dalam menghadapi suatu masalah serta
mendiskusikannya dengan orang yang mengalaminya atau melihatnya. Maka kita harus memiliki sudut
pandang yang kuat agar kita mampu memiliki karakter dan mampu mengambil sikap yang
tepat dalam mengambil keputusan hidup.
Referensi Gambar :
https://pelangiuntukfatimah.wordpress.com/2014/02/20/14/
https://pelangiuntukfatimah.wordpress.com/2014/02/20/14/
Comments
Post a Comment