DR.(HC) DRS. H.MOHAMMAD HATTA (MOHAMMAD ATHAR)
Suatu hari, di tahun 1950, Wakil Presiden Muhammad Hatta pulang ke rumahnya. Begitu menginjakkan kaki di rumah, ia langsung ditanya sang istri, Ny Rahmi Rachim, tentang kebijakan pemotongan nilai mata ORI (Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1.
Pantas
saja hal itu ditanyakan, sebab, Ny Rahmi tidak bisa membeli mesin jahit yang
diidam-idamkannya akibat pengurangan nilai mata uang itu. Padahal, ia sudah
cukup lama menabung untuk membeli mesih jahit baru. Tapi, apa kata Bung Hatta?
"Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya? " jawab Bung Hatta.
Kisah mesin jahit itu merupakan salah satu contoh dari kesederhanaan hidup proklamator RI Bung Hatta (1902-1980) dan keluarganya. Sejak kecil, Bung Hatta sudah dikenal hemat dan suka menabung. Akan tetapi, uang tabungannya itu selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan membantu orang yang memerlukan.
Saking mepetnya keuangan Bung Hatta, sampai-sampai sepasang sepatu Bally pun tidak pernah terbeli hingga akhir hayatnya. Tidak bisa dibayangkan, seorang yang pernah menjadi nomor 2 di negeri ini tidak pernah bisa membeli sepasang sepatu. Mimpi itu masih berupa guntingan iklan sepatu Bally yang tetap disimpannya dengan rapi hingga wafat pada 1980.
“Keberanian
bukan berarti tidak takut
keberanian berarti
menaklukan ketakutan”
Siapa yang tidak mengenal sosok beliau? dia
adalah Bung Hatta wakil Presiden RI yang pertama. Saya akan membahas sosok Bung
Hatta menurut sudut pandang dan artikel atau buku yang pernah saya baca.
Dr. H.
Mohammad hatta atau yang akrab di panggil dengan sebutan Bung Hatta ini lahir
di Bukit tinggi, 12 Agustus 1902. Tak hanya sebagai pejuang kemerdekaan, Bung
Hatta juga dikenal sebagai seorang organisatoris, aktivis partai politik,
negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di
Indonesia.
Bung Hatta
sangat menggemari buku bahkan mas kawin pernikahannya pun buku walaupun Bung
Hatta mempunyai harta. Sosok sederhana ini yang dibutuhkan oleh generasi
sekarang bukan kemewahan hanya untuk dipamerkan agar orang lain iri terhadap
kita, beda sama hal nya dengan Bung Hatta. Bung Hatta juga sosok yang jujur
tidak mau menerima yang bukan hak nya,
Singkat
cerita Bung Hatta berkesempatan ke Irian Jaya (1970), meski sudah menjadi mantan
pejabat pemerintah, setiba di Irian ada seseorang yang memberi kan amplop tebal
berisi uang saku.
Bung Hatta
sontak menolak, bagi dia sudah berkunjung dan mendapatkan fasilitas untuk
berkunjung ke daerah itu saja sudah lebih dari memadai dan patut disyukuri.
"Maaf, saudara, itu uang rakyat, saya tidak mau terima. kembalikan!"
kata Bung Hatta tegas. berbeda dengan pejabat sekarang, mungkin akan diterima
bahkan diminta. Sosok Bung Hatta sangat menginspirasi bagi saya untuk tidak
mengambil yang bukan hak nya ataupun diberi oleh orang lain secara cuma-cuma.
Suatu hari, di tahun 1950, Wakil Presiden Muhammad Hatta pulang ke rumahnya. Begitu menginjakkan kaki di rumah, ia langsung ditanya sang istri, Ny Rahmi Rachim, tentang kebijakan pemotongan nilai mata ORI (Oeang Republik Indonesia) dari 100 menjadi 1.
"Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya? " jawab Bung Hatta.
Kisah mesin jahit itu merupakan salah satu contoh dari kesederhanaan hidup proklamator RI Bung Hatta (1902-1980) dan keluarganya. Sejak kecil, Bung Hatta sudah dikenal hemat dan suka menabung. Akan tetapi, uang tabungannya itu selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan membantu orang yang memerlukan.
Saking mepetnya keuangan Bung Hatta, sampai-sampai sepasang sepatu Bally pun tidak pernah terbeli hingga akhir hayatnya. Tidak bisa dibayangkan, seorang yang pernah menjadi nomor 2 di negeri ini tidak pernah bisa membeli sepasang sepatu. Mimpi itu masih berupa guntingan iklan sepatu Bally yang tetap disimpannya dengan rapi hingga wafat pada 1980.
Bung
Hatta ini menjadi nasehat sekaligus penyemangat yang baik bagi generasi muda,
berikut kata-katanya:
“Pahlawan yang setia itu berkorban,
bukan buat dikenal namanya,
tetapi semata-mata membela cita-cita”
bukan buat dikenal namanya,
tetapi semata-mata membela cita-cita”
“Hanya ada satu Negara
yang pantas menjadi negaraku
ia tumbuh dengan perbuatan,
dan perbuatan itu adalah
perbuatanku”
yang pantas menjadi negaraku
ia tumbuh dengan perbuatan,
dan perbuatan itu adalah
perbuatanku”
“Bagi pemuda Indonesia
ia lebih suka melihat
Indonesia tenggelam ke dasar lautan
daripada mempunyainya
sebagai jajahan orang kembali”
ia lebih suka melihat
Indonesia tenggelam ke dasar lautan
daripada mempunyainya
sebagai jajahan orang kembali”
“Keberanian
bukan berarti tidak takut
keberanian berarti
menaklukan ketakutan”
Dan berikut puisi yang saya persembahkan untuk Bung Hatta:
BUNG HATTA
hey bung
berapa lama engkau pergi
untuk negerimu bung
hari ini tidak ada lagi
bangsawan sepertimu
yang mengabdi untuk nusa
tanpa harus di gaji
hey bung
seharusnya kau di gugu
tapi kenapa banyak yang lugu
hey bung
kau tidak pernah memperkaya dirimu
tapi kenapa generasimu
berlainan arus bung
hey bung
Kami Terbayang baktimu
terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga
hey bung
berapa lama engkau pergi
untuk negerimu bung
hari ini tidak ada lagi
bangsawan sepertimu
yang mengabdi untuk nusa
tanpa harus di gaji
hey bung
seharusnya kau di gugu
tapi kenapa banyak yang lugu
hey bung
kau tidak pernah memperkaya dirimu
tapi kenapa generasimu
berlainan arus bung
hey bung
Kami Terbayang baktimu
terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga
berkapal doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu bung
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu bung
Comments
Post a Comment